
Ketua Tim Peneliti Digitalisasi Drs. Sarwit Sarwono, M.Hum menyebutkan, rampungnya proses digitalisasi yang dimulai sejak tahun 2001 itu membuahkan aplikasi font dalam komputer minimal berbasis sistem operasi Windows XP dan memiliki aplikasi Microsoft Word. "Jadi kalau ditampilan komputer font yang biasanya kita pakai Times New Roman atau Tahoma, maka diaplikasi ini, menyajikan jenis font Ka Ga Nga. Sehingga bisa digunakan pengguna umum. 100 persen seluruh aksara ini, bisa dikatakan komplit," ujar Sarwit di ruang kerjanya, Kamis (28/11).
Saat ini, tim peneliti bersama mahasiswa Fakultas Teknik Unib, sedang menyiasati penggunaan font Ka Ga Nga di perangkat telpon pintar berbasis android. Bagaimana formulasi aplikasinya, menurut Sarwit, sedang dalam proses pengkajian dan ujicoba. "Bentuknya transliterasi atau pengalihan aksara dari suatu huruf ke jenis huruf lainya. Mediumnya melalui aplikasi ponsel untuk menulis dengan huruf Ka Ga Nga. Sampai saat ini sedang dalam proses pembuatan. Jadi kedepan, cita-citanya, huruf Ka Ga Nga, juga bisa terintegrasi di ponsel," terang Sarwit.
//Jadi Buku Ajar
Dibagian lain, Sarwit
menyebutkan, selain saat ini Unib tengah mengajukan pendaftaran Hak Kekayaan
Intelektual (HKI) atas aplikasi digital Ka Ga Nga ke Kanwil Kemenkumham RI,
pihaknya juga sedang merumuskan dalam bentuk buku belajar bagi siswa tingkat
SMA.
"Sementara di Kabupaten Bengkulu Utara, sudah menerapkan buku ajarnya dalam bentuk muatan lokal. Kalau di Curup, Rejang Lebong, sudah ada juga, tapi belum sesiap yang di Bengkulu Utara, yang sudah menerapkan buku ajarnya dalam bentuk muatan lokal. Mudah-mudahan kedepan, progressnya bisa lebih baik," ujar Sarwit. (jek)
"Sementara di Kabupaten Bengkulu Utara, sudah menerapkan buku ajarnya dalam bentuk muatan lokal. Kalau di Curup, Rejang Lebong, sudah ada juga, tapi belum sesiap yang di Bengkulu Utara, yang sudah menerapkan buku ajarnya dalam bentuk muatan lokal. Mudah-mudahan kedepan, progressnya bisa lebih baik," ujar Sarwit. (jek)
No comments :
Post a Comment